Minggu, 27 Februari 2011

Selamatkan Ibu Selamatkan Nyawa

© UNICEF/IDSA/Susanto
Maria, 22 tahun, serta para calon ibu lainnya sedang menunggu giliran pemeriksaan kehamilan di sebuah puskesmas di Kupang, NTT.
Penulis: Suzanna Dayne
Kupang, NTT – Hanya satu jam penerbangan dari pusat turis mancanegara Bali, terdapat propinsi kepulauan yaitu Nusa Tenggara Timur, atau NTT. Pasir putih, pemandangan yang memukau dan orang-orang yang ramah membuat rantaian kepulauan ini menjadi layaknya tempat yang ideal.
Namun dibelakang kecantikan kepulauan tersebut ada sebuah masalah kesehatan yang dapat mengancam setiap keluarga yaitu kehamilan dan kelahiran bayi. NTT masih memiliki angka kematian bayi yang sangat tinggi di Indonesia, umumnya karena gizi buruk dan kurangnya layanan kesehatan oleh pekerja kesehatan yang terlatih.
Dengan bantuan dana dari Australia (AusAID) dan Inggris (DFID), UNICEF bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan nyawa para ibu dan bayi-bayinya. Hal ini dilakukan melalui beberapa upaya yang mendukung puskesmas-puskesmas serta pelatihan para bidan.
 Kami senantiasa mengupayakan peningkatan kualitas profesionalisme para bidan,” ujar Ibu Virginia Kadarsan, Kepala Kantor Perwakilan UNICEF untuk NTT di Kupang. Namun memang masih banyak yang harus dilakukan. Kita harus tetap mengingatkan para calon ibu bahwa walau kehamilan adalah sesuatu yang normal, kondisi tersebut tetap memiliki risiko kesehatan,” tambahnya.
© UNICEF/IDSA/07.13/Susanto
Bidan Solikha memberikan informasi tentang makanan yang sehat untuk kehamilan Maria.
Pentingnya pengetahuan medis
Kenyataannya di Indonesia masih banyak perempuan yang memilih untuk melahirkan dibantu oleh seorang dukun. Namun para dukun umumnya tidak mengenyam pelatihan medis yang formal dan tidak memiliki peralatan darurat yang memadai.
“Para dukun sering menyuruh para ibu yang sedang melahirkan untuk memulai pendorongan pada saat sang ibu merasakan sakit. Padahal belum saatnya. Setelah bermasalah, para ibu-ibu ini datang ke saya dalam keadaan yang sangat letih dan lemah,” ujar Ibu Solikha Primoes, seorang bidan di Kupang. Karena itu maka sangatlah penting bagi semua ibu-ibu hamil untuk memperoleh pelayanan yang layak agar kondisi mereka diketahui sedini mungkin,” tambahnya.
Maria yang berumur 22 tahun tengah menanti kelahiran anaknya yang pertama. Pada pemeriksaan terakhir, ternyata ia kekurangan darah dan membutuhkan tambahan zat besi didarahnya. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan pada saat pelahiran dan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun bayinya.
Maria kemudian memperoleh informasi dan saran kesehatan dari bidan Solikha, khususnya tentang makanan serta gizi yang tepat untuk menjaga kehamilan. Maria juga memperoleh pil merah untuk menambah zat-zat yang dibutuhkannya agar kondisinya tidak menjadi berbahaya. Walau layanan mendasar ini dibutuhkan oleh setiap ibu hamil namun jarang sekali dukun yang dapat memberikan sepenuhnya.
Setiap bayi adalah anugerah
Selain bekerja di puskesmas atau klinik kesehatan, para bidan juga sering memiliki praktek kesehatan dirumahnya. Bidan Solikha yang memiliki praktek serupa telah menyiapkan empat kamar dirumahnya untuk para ibu yang baru melahirkan. Pada nyatanya, kamar-kamar tersebut hampir tidak pernah kosong.
Cely, seorang calon ibu muda bergegas tiba di klinik rumah bidan Solikha pada saat ia siap melahirkan. Saya harus meninggalkan praktek saya di puskemas. Hal ini sering terjadi. Pada dasarnya saya telah membantu kelahiran bayi lebih dari 25 tahun dan saya sudah terbiasa,” ujar Ibu Solikha. Namun ia menambahkan bahwa baginya setiap anak yang lahir tetap menjadi sebuah berkah keajaiban, terutama bagi setiap ibu. Anak Cely lahir dengan sehat dengan berat 3,1Kg.


Tidak ada komentar: